Media sosial dan pemberitaan sedang ramai membicarakan tentang gelombang panas di Indonesia. Bahkan, fenomena alam ini juga terjadi di beberapa negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia dan lainnya.
Kominfo pun mengklarifikasi berita gelombang panas di Indonesia. Melalui laman resminya tertulis bahwa kabar ini adalah hoaks.
Gelombang panas di Indonesia tidak benar adanya. Meski beberapa kota memang mengalami kenaikan suhu dan masyarakat merasa lebih kegerahan dibanding biasanya.
Gelombang Panas di Indonesia
Gelombang panas memang terjadi di Malaysia, tetapi Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa gelombang panas yang mengakibatkan suhu ekstrim di Malaysia tidak akan berdampak ke wilayah Indonesia.
“Fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan, jika ditinjau secara lebih mendalam secara karakteristik fenomena maupun secara indikator statistik pengamatan suhu, tidak termasuk kedalam kategori gelombang panas, karena tidak memenuhi kondisi-kondisi tersebut,” ujar Dwikorita dalam siaran pers BMKG, Selasa (25/4/2023).
BMKG juga menjelaskan bahwa gelombang panas tidak terjadi di wilayah tropis dan hanya terjadi daerah subtropis atau di wilayah lintang. Sehingga wajar meski Malaysia berdekatan dengan Indonesia, tetapi suhu ekstrim di negara tetangga tidak berpengaruh di tanah air.
Baca Juga: Banyak Video YouTube dengan Malware Berbahaya, Bisa Curi Data Pribadi Hingga Merusak Komputer
Penyebab Peningkatan Suhu di Indonesia
Menurut ilmiah, peningkatan suhu di Indonesia diakibatkan oleh fenomena gerak semu matahari, dan ini adalah siklus yang terjadi setiap tahun.
Sebelumnya, di tahun 2019, Kominfo melalui laman resminya juga mengingatkan akan adanya peningkatan suhu di akhir Maret. Hal ini karena equinox atau gerak semu matahari yang bergerak tepat di atas garis khatulistiwa.
Namun, BMKG saat itu mengumumkan bahwa kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung masih lembab atau basah.
Sementara di 2023, menurut indikator statistik suhu kejadian, BMKG melaporkan lonjakan suhu maksimum hingga 37,2° Celcius di Ciputat hanya terjadi satu hari di tanggal 17 April.
“Suhu tinggi tersebut sudah turun dan sekarang suhu maksimumnya terpantau dalam kisaran 34 hingga 36°Celcius di beberapa lokasi,” ucap BMKG.
“Variasi suhu maksimum 34°Celcius – 36°Celcius untuk wilayah Indonesia masih dalam kisaran normal klimatologi dibandingkan tahun- tahun sebelumnya,” imbuhnya.
Secara klimatologis, daerah Jakarta di bulan April-Juni memang sedang mencapai suhu maksimum. Kemudian fenomena ini berulang di Bulan Oktober-November.
BMKG juga meminta masyarakat tidak panik karena indeks UV tidak berpengaruh langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah.
“Untuk wilayah tropis seperti Indonesia, pola harian seperti disampaikan di atas secara rutin dapat teramati dari hari ke hari meskipun tidak ada fenomena gelombang panas. Faktor cuaca lainnya seperti berkurangnya tutupan awan dan kelembapan udara dapat memberikan kontribusi lebih terhadap nilai indeks UV,” papar BMKG.
Lokasi di Indonesia dengan kondisi umum cuacanya diperkirakan cerah-berawan pagi sampai dengan siang hari, dapat berpotensi menyebabkan indeks UV pada kategori “Very high” dan “Extreme” di siang hari
Sehingga, dengan memahami bahwa gelombang panas di Indonesia adalah hoaks, Anda tidak perlu cemas dengan fenomena alam ini.