Kirab perdana ogoh-ogoh di Solo berlangsung meriah pada Minggu, 19 Maret 2023. Sebagai informasi, ogoh-ogoh sendiri adalah salah satu bagian dalam perayaan agama umat hindu menjelang nyepi.
Patung monster atau setan raksasa ini biasanya diarak di siang hari kemudian dibakar di sore menjelang petang.
Kirab Perdana Ogoh-Ogoh di Solo
Melalui kirab perdana ogoh-ogoh di Solo, sebagian orang menjadi semakin tahu bahwa ogoh-ogoh adalah lambang dari setan atau roh jahat yang harus dimusnahkan sehari sebelum perayaan nyepi.
Sehingga para umat hindu biasanya bergotong royong untuk membuat patung raksasa ini sejak jauh-jauh hari.
Menjelang perayaan nyepi di tahun ini, tidak hanya Pulau Bali dan Pulau Lombok yang mengarak ogoh-ogoh, tetapi juga Kota Solo.
Momen meriahnya kirab ogoh-ogoh di Jawa Tengah itu pun dibagikan oleh sang walikota, Gibran Rakabuming Raka melalui Twitter.
“Menyambut Hari Raya Nyepi Saka 1945, Kota Solo menggelar Gebyar Seni dan Kirab Ogoh-ogoh. Ini merupakan kali pertama, perayaan hari besar umat Hindu diadakan dan berlangsung meriah di Solo,” tulis Gibran yang dilansir melalui Twitter @Gibran Rakabuming pada Minggu (19/3/2023).
Putra sulung Presiden Joko Widodo ini juga menuturkan, tidak hanya kirab perdana ogoh-ogoh di Solo, tetapi juga ada pertunjukan kesenian dari berbagai kelompok yang menghibur masyarakat seperti jatilan, barong, bleganjur, dan lain sebagainya.
Bali dan Lombok memang salah satu tempat di Indonesia yang memiliki masyarakat hindu terbanyak di Indonesia. Namun, hal ini berbeda dengan Solo yang mayoritas warganya beragama muslim dan memiliki latar belakang budaya Jawa yang kental.
Respon Warganet
Sehingga, meski acara ini berlangsung meriah, tetapi hal ini pun menuai beragam respon dari warganet.
“Semoga dilihat dan diikuti oleh kota-kota lain. Sudah bukan zamannya intoleran dan rasisme,” cuit akun Alb********.
“Tahun depan lagi ya mas wali, biar kalau mau liat ogoh-ogoh gak perlu jauh-jauh ke Bali,” pinta akun Priya*****.
Dari banyaknya dukungan, ada juga yang kontra dengan kirab ogoh-ogoh ini.
Baca Juga: Seluk-beluk JMS, Sekte Sesat dalam In The Name of God: A Holy Betrayal
“Menganggap peribadatan agama adalah suatu pertunjukan budaya khawatirnya bukannya menghormati, tapi malah menistakan agama,” cuit Baba***** yang kontra dengan aksi Gibran ini.
“Bagus kirab wayang, lebih membumi dan membantu masyarakat Solo daripada memaksakan budaya Bali masuk ke Solo. Budaya Bali biarkan hidup di Bali,” cuit @gus*****.
Melihat beberapa kontra tersebut, Gibran pun meminta maaf dan mengatakan bahwa ini adalah kesalahannya. Ia juga menulis bahwa kirab wayang dan budaya asli Kota Solo akan tetap diadakan.
Ayah Jan Ethes ini juga menulis bahwa tujuan diadakannya kirab ogoh-ogoh ini karena Pemkot Solo memberi ruang untuk semua agama hingga komunitas untuk menggelar perayaan hari besarnya.
Ia juga menuturkan bahwa Solo siap menjadi ruang eksistensi bagi seluruh warganya tanpa terkecuali, karena Solo menjunjung toleransi dan kebhinenekaan.
Namun, masih ada beberapa pihak yang menilai kirab ogoh-ogoh ini tidak memiliki manfaat bagi masyarakat Kota Solo. Sebagian yang lain juga berpendapat bahwa Indonesia adalah bangsa yang sangat toleran. Sehingga penyematan kata ‘intoleran’ di sini terkesan justru seperti memecah belah persatuan.
Demikian laporan kemeriahan kirab perdana ogoh-ogoh di Solo. Bagaimana menurutmu?